MAKALAH
Makalah
ini disusun untuk tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen:
Setyawan Pujiono, M.Pd
DI
SUSUN OLEH:
1.
Ratri Pratiwi 11409134005
2.
Rahmat Bayu Firdas 11409134009
3.
Bayu Yudha Bintariawan 11409134015
4.
Dian Arum Sari 11409134024
5.
Eni YuliLestari 11409134034
JURUSAN
D3 AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa terasa asing terhadap bahasa nasionalnya yaitu
bahasa Indonesia. Mereka sungkan mengunakan dalam
percakapan atau berbicara pada kesehariannya, terutama di lingkungan
sekolahnya. Keterasingan berbicara bahasa Indonesia
ini karena tidak adanya aturan yang mengikat dalam penggunaanya. Bahkan guru
sebagai pendidikpun enggan melakukannya. Maka perlu adanya pemecahan terhadap
permasalahan di atas. Dibuatnya aturan dari sekolah, keteladanan guru
dalam penggunaan bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa Indonesia
yang sesuai kompetensi, dan penilaian praktik secara rutin.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 dan juga dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 74 Tahun 2009 tentang Ujian Akhir Sekolah
memuat Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran bahasa Indonesia
yang menuntut bagi siswa mempunyai berbagai keterampilan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Sehingga siswa yang telah lulus seharusnya memiliki keterampilan berbahasa
Indonesia sesuai
standar kelulusan. Akan tetapi kenyataannya dalam praktik sehari-hari
pada lembaga pendidikan baik tingkat dasar
maupun perguruan tinggi kurang mendukung terhadap
keterampilan berbahasa Indonesia,
terutama dalam keterampilan berbicara. Hal ini terlihat pada
setiap lembaga pendidikan, misalnya: pada saat proses kegiatan
belajar mengajar bahasa Indonesia
baik guru
atau siswa tidak berbicara menggunakan bahasa Indonesia,
apalagi di luar kelas guru
atau siswa selalu berbicara menggunakan bahasa daerahnya.
Untuk itu, perlu adanya upaya membiasakan berbahasa Indonesia
dalam berbicara pada saat terjadinya interaksi hubungan antara guru dengan
siswa di sekolah. Bertitik tolak dari
hal atas, maka bagaimana upaya-upaya membiasakan siswa berbicara
bahasa Indonesia
di sekolah?
B.
Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pentingnya ketrampilan
berbicara Bahasa Indonesia di sekolah.
2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam membiasakan
berbicara Bahasa Indonesia di sekolah.
3. Mengetahui langkah-langkah dalam membiasakan
berbicara dengan Bahasa Indonesia di seolah.
C.
Manfaat
1. Menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
2. Meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia.
3. Bahasa Indonesia menjadi lebih kental di lingkungan
sekolah.
4. Mempermudah dalam bekomunikasi antar siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang
paling efektif. Hal ini mendorong orang untuk belajar berbicara
dan membuktikan bahwa berbicara akan lebih efektif dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi pelajar bicara
juga berfungsi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dalam pembelajaran bahasa
Indonesia keterampilan
berbicara merupakan kompetensi yang harus diujikan sesuai
tingkatannya. Misalnya keterampilan berbicara bahasa Indonesia di
sekolah dasar hanya terwujud pada proses kegiatan belajar
mengajar di kelas saja. Dalam kompetensi umum mata pelajaran bahasa Indonesia berbicara
megungkapkan indikator-indikator yang berhubungan dengan mengungkapkan gagasan,
menyampaikan sambutan, berpidato, berdialog, menjelaskan, mendiskripsikan, dan
percakapan yang lainya yang hanya menyangkut dalam pembelajaran saja.
Mempraktekkan berbicara bahasa Indonesia dalam
keseharian tidak pernah diperhatikan dan dinilai. Para siswa dibiarkan berbicara
menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, padahal bahasa resmi yang digunakan pada
pendidikan adalah
bahasa Indonesia.
Sungguh memprihatinkan bila hal ini dibiarkan berlarut-larut pada setiap
lembaga pendidikan.
Kadang lembaga pendidikan
lebih merasa bangga bila dapat mengembangkan bahasa asing
lebih maju daripada mengembangkan bahasa Indonesia,
seperti kata pepatah “kacang lupa kulitnya”. Ini adalah bukti konkret pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah belum bisa mempraktikkan dalam kesehariannya. Maka
perlu adanya upaya bagi guru untuk menentukan kebijakan supaya pembelajaran
bahasa Indonesia
tidak hanya di kelas tetapi juga di luar kelas.
Bila keterampilan berbicara bahasa
Indonesia dapat
diterapkan dalam sehari-hari oleh seluruh anggota sekolah maka akan menumbuhkan
rasa cinta tanah air dan menumbuhkan semangat
nasionalisme. Sehingga dapat mempesatukan berbagai macam siswa yang berbeda
asalnya. Menurut Tuhusetya dan Deni Kurniawan As’ari (dalam
Rosdiana, 2008) “fungsi khusus bahasa, yaitu sebagai alat
pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya
dan bahasa yang berbeda-beda”.
Usaha untuk meningkatkan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia
di sekolah akan ditemui hambatan yang datang dari
lingkungan sekolah itu sendiri,
antara lain:
1. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa Indonesia dalam keseharian di sekolah itu tidak
lazim
Hal ini tercermin ketika dalam pergaulan sehari-hari
mereka sungkan berbicara
bahasaIndonesia
bahkan dengan lugasnya berbicara seenaknya. Mereka lupa bahwa
penggunaan bahasa Indonesia
dipakai pada bahasa resmi lembaga pemerintah dan pendidikan.
Hal ini terjadi di sekolah-sekolah dari jenjang SD sampai SMA dan perguruan
tinggi, mereka para guru
tetap menggunakan bahasa daerahnya. Jarang sekali mereka berbicara menggunakan
bahasa Indonesia
ketika berbicara dengan teman guru atau bahkan dengan para siswanya.
2.
Belum adanya penilaian bagi siswa yang berbicara bahasa Indonesia
Keadaan yang demikian menimbulkan sikap apatis pada diri
siswa karena merasa tidak ada gunanya baik yang berbicara bahasa Indonesia
maupun yang tidak. Belum adanya pengawasan dan penilaian dari guru dalam pelaksanaan berbicara bahasa Indonesia di
luar kelas mengakibatkan siswa acuh dalam mempraktikkannya. Sehingga perlu
adanya model penilaian yang nyata dalam percakapan sehari-hari sehingga dapat
mebuat siswa bersemangat dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian di
sekolah.
Untuk sementara ini pada setiap lembaga pendidikan
belum ada yang mempunyai inisiatif memberlakukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari. Entah karena gengsi atau merasa bahasa Indonesia
tidak terkenal. Padahal menurut Profesor Yang
Seung-Yoon, Ph.D dari Hankuk University of
Foreign Studies, Seoul, Korea,
berpandangan bahwa bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa internasional,
setidaknya di Asia (Doyin, 2006).
Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia di
mata negara lain memiliki potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia
harus kita pupuk sedini mungkin, sehingga ke depannya kita dapat
berharap bahasa Indonesia
menjadi bahasa yang mendunia.
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan
pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan
dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
berbicara secara langsung adalah pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur
kata dan kalimat, sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara memulai dan
mengakhiri pembicaraan, dan penampilan.
Untuk mewujudkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia
agar dapat diterapkan dalam percakapan sehari - hari, diperlukan upaya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di
sekolah. Upaya itu dapat diterapkan dalam suatu program-program, diantaranya
sebagai berikut.
Kemampuan pokok yang ideal untuk dikuasai guru prefesional adalah kemampuan membantu siswa
belajar efisien dan efektif agar mencapai tujuan optimal (Abdulhak,
2008).
Siswa membutuhkan contoh dari guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Guru
hendaknya memberikan contoh keteladanan dalam berbahasa agar
siswa dapat menirukan dan melafalkan kata atau kalimat dengan
tepat sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam melaksanakan upaya di atas, maka mereka harus berbicara
bahasa Indonesia
dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, ruang guru, atau di luar kelas. Bila guru membiasakan
untuk selalu berbahasa Indonesia, hal ini dapat membantu siswa dalam belajar
keterampilan berbicara bahasa Indonesia
sehingga guru dapat
dijadikan contoh oleh siswanya dalam berbicara.
2.
Menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia
perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik).
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia
melalui demonstrasi. Kemudian hasil demonstrasi ini dapat diterapkan dalam
keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil
kemudian melakukan identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan
di ruang kelas dan di luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia
yang baik dan benar lalu siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara
bahasa Indonesia. Modeling
The Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri
dan menentukan bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai
kelompoknya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback
pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
Dengan pendekatan Modeling The Way dalam
pembelajaran bahasa Indonesia,
keterampilan berbicara siswa dapat meningkat dan keberanian siswa dalam
berbicara semakin berani dan tidak takut salah. Dengan demikian pembelajaran
dengan pendekatan Modeling The Way pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia
pada siswa tepat karena dapat meningkatkan kemampuan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia.
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan
belajar mengajar tetapi guru
harus mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada kesehariannya. Penilaian
ini akan menjadi motivasi
bagi siswa untuk berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun di
luar kelas. Dengan demikian siswa termotivasi untuk
melakukan perbuatan yang sama bahkan
berusaha meningkatkannya.
Penilaian praktik di luar kelas dengan cara siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil sesuai pada pendekatan Modeling The Way.
Pada kelompok-kelompok tersebut setiap siswa diberi lembar penilaian yang
memuat nama siswa yang diamati yaitu siswa yang tidak berbicara bahasa Indonesia
baik di dalam kelas maupun di luar kelas, data kalimat yang tidak diucapkan
dengan bahasa Indonesia
oleh siswa tersebut, dan data rekap kesalahan siswa. Setiap siswa dalam
pergaulannya sehari-hari di sekolah saling menilai teman-temannya, sehingga
mereka sama-sama saling mengawasi. Dengan kondisi dan situasi yang demikian
maka seluruh siswa berusaha semaksimal mungkin berbicara bahasa Indonesia
sehari-hari, supaya jumlah kesalahan yang dicatat temannya sedikit mungkin. Hal
inilah yang membuat siswa semakin berani dan percaya diri berbicara bahasa Indonesia di
sekolah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
bahasa adalah kondisi eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar diri
siswa, seperti lingkugan sekolah, guru, teman sekolah, dan peraturan sekolah.
Kondisi eksternal terdiri atas 3 prinsip belajar yaitu:
a)
memberikan situasi atau materi yang sesuai
dengan respon yang diharapkan,
b)
pengulangan agar belajar lebih sempurna dan
lebih lama di ingat,
c)
penguatan respons yang tepat untuk
mempertahankan dan menguatkan respons itu.
Program sehari berbahasa di tiap sekolah
merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan
berbahasa. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan pada pondok pesantren modern,
contohnya Pondok Pesantren Gontor yang menerapkan
program kepada santrinya untuk sehari berbahasa Arab
dan sehari berbahasa Inggris, sehingga santrinya mahir berbahasa Arab
dan Inggris.
Bila program ini dapat diterapkan di sekolah
tentunya akan sangat bermanfaat dalam penggunaan bahasa Indonesia
sehari-hari. Mereka akan terbiasa dan tidak canggung berbicara bahasa Indonesia di
lingkungan sekolah. Program ini ternyata cukup ampuh untuk pembiasaan bagi
warga sekolah untuk berbicara bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan bahwa membiasakan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di
sekolah sangat penting karena dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan karyawan.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Lebih mempermudah dalam berkomunikasi.
2.
Warga sekolah dapat lebih mencintai bahasa
Indonesia.
3.
Meningkatkan kemampuan dalam berbahasa
Indonesia.
B.
Saran
Sebagai warga negara yang baik, mari kita meningkatkan
kemampuan berbicara kita, tidak hanya dalam pembelajaran di sekolah, tetapi
juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari upaya-upaya
pembiasaan berbicara bahasa Indonesia di
atas, kita berharap penguasaan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat
dimulai pada sekolah dasar, sehingga siswa dapat
mempraktikkannya dengan baik dan benar. Apalagi kita
sebagai generasi penerus bangsa harus dapat mengembangkan dan melestarikan
bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2008.
Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani dan
CTSD.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Tuhusetya, Sawali dan Deni
Kurniawan As’ari. 2011. “Membiasakan
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian di Sekolah”. Artikel. Diunduh dari http://agupenajateng.net. Pada 6 Desember 2011.
________.
2011. “Membiasakan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Keseharian di
Sekolah”. Artikel. Diunduh dari http://agupenajateng.net.
Pada 6 Desember 2011.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Materi Kuliah
dengan judul MAKALAH MEMBIASAKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA DALAM KESEHARIAN DI SEKOLAH. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://rachmatbayufirdas.blogspot.com/2013/01/makalah-membiasakan-keterampilan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Wednesday, January 2, 2013
Terima kasih. Artikel ini bagus, bermanfaat, dan sangat membantu bagi orang yang sedang dalam tahap belajar seperti saya
ReplyDelete